Wednesday, October 5, 2016

Release dan User Testing


        Release testing adalah proses percobaan sistem yang telah di keluarkan dan ditujukan ke luar tim pengembang. Release tesing dilakukan dengan 3 tahapan yang harus dilakukan. Yaitu:
  • Requirements-based Testing
       Prinsip dari kebutuhan yang baik dalam praktek mekanis adalah kebutuhan hrus dapat di test, jadi kebutuhan harus di tulis agar sebuah tes dapat di desain sesuai kebutuhan tersebut.
  • Scenario Testing
        Merupakan pendekatan untuk merilis tes dimana kita dapat membuat skenario untuk di gunakan dalam membuat tes untuk sistem. Skenario harus realistis dan pengguna sistem dapat memahaminya.
  • Performance Testing
        Setelah sistem telah selesai di integrasi, memungkinkan untuk melakukan tes untuk hal-hal yang penting, diantaranya adalah performa. Tes performa dilakukan untuk mendemonstrasikan apakah sebuah sistem sudah memenuhi kebutuhan dan menemukan apakah ada masalah dan kecacatan dalam sistem.
 
User Testing
      Selain Release Testing, ada juga test yang harus dilakukan, yaitu User Testing. User Testing adalah salah satu tingkatan dalam proses percobaan yang dimana user atau kostumer memberikan input dan saran pada percobaan sistem. Hal ini merupakan hal yang tidak bisa dilakukan pengembang karena penggunaan sistem di lapangan biasanya berbeda dari benak pengembang dan user.
Ada 3 macam user testing :
- Alpha testing, yaitu dimana user / pengguna perangkat lunak bekerja sama dengan pengembang untuk mentes perangkat lunak di tempat pengembangan.
- Beta testing,  yaitu dimana sebuah perangkat lunak di rilis agar tersedia untuk user dan mempersilahkan pengguna untuk bereksperimen dan mencari masalah dalam sistem kepada pengembang.
- Acceptance testing, dimana user mencoba sebuah sistem untuk memutuskan apakah sistem sudah dapat di terima dan di sebarluaskan di kalangan kostumer.
Proses Acceptance testing 

  1. Define acceptance criteria, adalah tingkatan awal proses sebelum kontrak di tandatangani. Kriteria penerimaan harus di setujui antara kostumer dan pengembang.
  2. Plan acceptance testing, merupakan penentuan sumber daya, waktu  dan budget untuk acceptance testing dan membuat jadwal tes.
  3. Derive acceptance test, ketika kriteria penerimaan sudah di buat, tes harus di desain untuk memeriksa sistem diterima maupun tidak.
  4. Run acceptance test, acceptance test yang telah di terima di laksanakan untuk sistem. Idealnya hal ini harus di laksanakan di lapangan dimana sistem akan di gunakan, tapi hal ini cenderung mengganggu dan tidak praktis.
  5. Negotiate test results, tahap negosiasi untuk  menentukan apakah sistem sudah cukup baik  untuk di gunakan antara kostumer dan pengembang.


EmoticonEmoticon